Kalah dengan Megawati dan Jusuf Kalla
JAKARTA (BP) – Suara buruh dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2009 mengisyaratkan tidak bulat ke capres tertentu. Survei nasional yang dilakukan Federasi Serikat Pekerja (FSP) BUMN Bersatu itu menyebutkan bahwa 80,6 persen responden menyatakan tak ingin SBY terpilih lagi.
Dalam survei yang khusus memotret suara kaum buruh tersebut, hanya 17,6 persen yang menginginkan sebaliknya. Sisanya, 2,2 persen, memilih untuk abstain.
”Senang atau tidak, inilah faktanya,” ujar Ketua Presidium FSP BUMN Bersatu FX Arif Poyuono saat memaparkan hasil survei lembaganya di Hotel Aston, Jakarta, kemarin (22/1). Dia menambahkan, gencarnya gerakan populis dari SBY akhir-akhir ini ternyata tak berpengaruh besar pada persepsi kaum buruh.
Kekecewaan kaum buruh terhadap kebijakan pemerintah soal perburuhanlah yang diperkirakan menjadi penyebabnya. Survei tersebut mengungkap, 79,4 responden menganggap kebijakan pemerintah buruk, terutama menyangkut penetapan upah buruh. Hanya 9,6 persen yang menyatakan tetap, 9,3 persen menilai baik, dan 1,7 persen abstain.
”Harus diakui bahwa banyak kebijakan SBY soal buruh yang memang tidak populis, terkesan tidak berpihak pada buruh,” ujarnya. Misalnya, kata Arif, keluarnya SKB empat menteri beberapa waktu lalu yang memancing protes luas dari kalangan buruh di hampir seluruh daerah.
Namun, di bagian lain survei, SBY muncul sebagai tokoh yang paling sering diperbincangkan menjelang pemilu. SBY paling sering dibicarakan 34,9 persen responden, disusul Megawati Soekarnoputri (14,2 persen), Jusuf Kalla (14,4 persen), Prabowo Subianto (12,8 persen), dan beberapa tokoh lain.
”Ini menarik, SBY paling banyak dibicarakan buruh. Tetapi, mengingat tingkat keterpilihannya, sepertinya yang dibicarakan adalah hal-hal negatif,” ujar Arif.
Lantas, siapa yang dianggap paling bisa memperbaiki nasib buruh? Survei itu mengungkap, Megawati menduduki posisi puncak. Capres PDI Perjuangan tersebut dipilih 30,7 persen responden. Jusuf Kalla membayangi di bawahnya dengan 19,6 persen, baru kemudian SBY 12,7 persen, dan tokoh-tokoh lain.
Mantan anggota KPU Mulyana W. Kusumah menilai, survei itu menjadi menarik karena hanya dilakukan di internal buruh. ”Kalau survei ini serius, kebenarannya akan lebih tinggi karena homogenitas responden juga lebih tinggi ketimbang survei pada umumnya,” ujarnya.
Dia pun memahami tingginya angka responden yang menyatakan tak akan memilih SBY lagi pada 2009. ”Sebab, selama ini, anggota kabinet dan jajaran pemerintah di bidang perburuhan memang terkesan kurang berkomunikasi dengan buruh,” tambahnya. Akibatnya, lanjut Mulyana, buruh tidak mengetahui program positif pemerintah di bidang perburuhan.
Survei yang melibatkan 5.123 responden itu dilakukan dengan metode multistage random dari buruh, baik BUMN maupun swasta, di 33 provinsi seluruh Indonesia. Dengan margin of error sebesar 1,8 persen, penelitian yang dilakukan pada 8–20 Desember itu memiliki tingkat kepercayaan 99 persen. (jpnn)
|